cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 08538212     EISSN : 25286870     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Jurnal Penelitian Tanaman Industri merupakan publikasi ilmiah primer yang memuat hasil penelitian primer komoditas perkebunan yang belum dimuat pada media apapun, diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, DIPA 2011 terbit empat kali setahun.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 11, No 4 (2005): DESEMBER 2005" : 6 Documents clear
PENGARUH NAA DAN IBA TERHADAP PERAKARAN PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) 77V VITRO SITTIFATMAH SYAHID; OTIH ROSTIANA; MIFTAKHUROHMAH MIFTAKHUROHMAH
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 11, No 4 (2005): DESEMBER 2005
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v11n4.2005.146-151

Abstract

ABSTRAKPurwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.) merupakan tanaman obatlangka yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai bahan bakuafrodisiak. Untuk mendukung budidaya tanaman ini diperlukan bahantanaman yang memadai. Perbanyakan in vitro purwoceng untukmemperoleh bahan tanaman secara masal masih dibatasi oleh sulitnyamenginduksi akar, yang berakibat rendahnya keberhasilan aklimatisasi dilapangan. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan teknik induksiperakaran dengan menggunakan dua jenis auksin (NAA dan IBA) padaberbagai taraf konsentrasi yaitu 0; 0,1; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0; 1,5 dan 2,0mg/1. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, BalaiPenelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor dari bulan Januari 2003sarnpai dengan Februari 2004. Rancangan percobaan yang digunakanadalah acak lengkap dengan tiga ulangan. Setiap ulangan terdiri dari tigatunas. Parameter yang diamati adalah jumlah akar, panjang akar danjumlah daun layu serta penampakan kultur secara visual. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa auksin NAA nyata menghasilkan jumlah akar lebihbanyak dan lebih panjang dari IBA. Penggunaan NAA 0,8 g/1 merupakankonsentrasi terbaik untuk induksi akar. Tidak ada perbedaan yang nyatadari penggunaan NAA atapun IBAterhadap parameter jumlah daun layu.Kata kunci : Purwoceng, Pimpinella pruatjan Molk, tanaman obat,pengatur tuumbuh , NAA, IBA, induksi akar, in vitro, BogorABSTRACTEffect of NAA and IBA on root induction of pruatjan(Pimpinella pruatjan Molk.) in vitroPruatjan (Pimpinella pruatjan Molk.) is one of endangered specieswhich is potential to be developed as aphrodisiac source. To supportpruatjan cultivation , it is needed to prepare the planting material. In vitropropagation of pruatjan is hampered by the difficulty in inducing thenormal roots which affect the successful plant acclimatization. Theobjective of this research was to obtain the root induction technique usingtwo kinds of auxin (NAA and IBA ) at several concentrations i.e : 0; 0.1;0.2; 0.4; 0.6; 0.8; 1.0; 1.5 and 2.0 mg/1. This experiment was conductedfrom January 2003 to February 2004 at the Tissue Culture Laboratory ofIndonesian Spices and Medicinal Crops Research Institute (ISMECRI) inBogor. Experiment was designed as a completely randomized design withthree replications. Each replication consisted of three shoots. Theparameters observed were number of roots, length of roots, number ofsenessence leaves and culture performance. The result showed that NAAproduced the greatest and the longest roots compared to that of DBA. Theuse of NAA 0,8 mg/1 performed the best treatment to induce roots. Thenumber of senessence leaves was neither affected by NAA nor IBA.Key words: Pruatjan, Pimpinella pruatjan Molk., medicinal plant,growth regulator, NAA, IBA, root induction, in vitro
INTERAKSI ANTARA Trichogrammatoidea bactrae N. DAN Trichogrammatoidea armigera N. PADA TELUR KAMA PENGGEREK BUAH KAPAS Helicoverpa armigera Hbn. DWI ADI SUNARTO; NURINDAH NURINDAH; SUJAK SUJAK
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 11, No 4 (2005): DESEMBER 2005
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v11n4.2005.152-158

Abstract

ABSTRAKPenggerek buah kapas, Helicoverpa armigera Hubner. (Lepidoptera;Noctuidae) dan Pectinophora gossypiella Saunders (Lepidoptera;Gelechiidae) merupakan hama Unaman kapas. Trichogrammatoideaarmigera N. yang dilepas secara inundasi telah terbukti mampumengendalikan populasi H. armigera, tctapi belum mampu mengendalikanP. gossypiella. Parasitoid telur yang berpotensi sebagai agens hayati bagi-P.gossypiella adalah Trichogrammatoidea bactrae N. Penelitian ini bertujuanmempelajari interaksi antara T. bactrae (muncul dari telur P. gossypiellayang berasal dari Lamongan (T. bactrae - L) dan Asembagus T. bactrae -A)) dengan T. armigera yang digunakan untuk pengendalian H. armigera.Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hayati (parasitoid & predator)Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang pada bulan Maret2002 sampai dengan Desember 2002. Suhu ruang penelitian 25-27 derajat Cdan kelembaban nisbi 65-70 persen. Interaksi yang diuji adalah (1)interaksi imago dengan perlakuan variasi kepadatan populasi parasitoid daninang telur H. armigera; dan (2) interaksi pra imago yang berada di dalamtelur inang dengan perlakuan pemaparan telur H. armigera secarabergantian terhadap (a) T. armigera dan T. bactrae - A, dan (b) T. armigeradan T. bactrae - L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antaraimago T. armigera dengan T. bactrae - A dan T. bactrae - L, lebihdidominasi oleh T. armigera. Total dominasi dari semua perlakuanmencapai 6 : 95 atau proporsi parasitisasi terhadap telur inang H.armigera oleh T. armigera yang lebih tinggi dibanding proporsiparasitisasi oleh T. bactrae peluangnya adalah 0,94. Pada interaksi praimago, interaksi antara T. bactrae - A dan T. armigera didominasi olehT. armigera, sedangkan antara T. bactrae - L : T. armigera didominasioleh T. bactrae - L. Dominasi T. armigera terhadap T. bactrae adalah 0: 21 atau peluang proporsi T. armigera yang bertahan hidup di dalam telurH. armigera yang lebih tinggi dibanding proporsi T. bactrae - A adalah1. Sedangkan dominasi T. bactrae terhadap T. armigera adalah 16 : 3atau peluang proporsi T. bactrae - L yang bertahan hidup di dalam telurH. armigera yang lebih tinggi dibanding proporsi T. armigera adalah 0,84.Berdasarkan bentuk interaksi tersebut, maka T. bactrae - A dapat dipilihsebagai kandidat agens hayati P. gossypiella yang lebih ideal dibanding T.bactrae -L. Penggunaan T. bactrae - L sebagai agens hayati,berpeluang menyebabkan terganggunya efektifttas parasitisasi T. armigeradalam pengendalian H. armigera.Kata kunci: Kapas, Gossypium hirsutum, hama, penggerek kapas, agenshayati, Trichogrammatoidea armigera, Trichogrammatoideabactrae, Pectinophora gossypiella, Helicoverpa armigera,interaksi antar spesiesABSTRACTTrichogrammatoidea bactrae N, The objective of this research is to studythe interaction between T. bactrae (emerged from P. gossypiella collectedfrom Lamongan (7". bactrae - L) and collected from Asembagus T. bactrae- A)) with T. armigera. The study was conducted in Biological ControlLaboratory of ITOFCRI, March - December 2002. The tested interactionswere (1) adult interaction with different density of parasitoids and the hostH. armigera eggs; (2) pre-adult interactions in H. armigera eggs withsubsequently exposed the eggs to T. armigera and T. bactrae - A IT.bactrae - L. The results showed that T. armigera dominates the adultinteraction with T. bactrae - A / T. bactrae - L. Total domination of alltreatments was 6:95 or the probability of higher proportion of T. armigerato parasitize H. armigera than that of T. bactrae was 0.94. T. armigeraalso dominates pre-adult interaction with T. bactrae - A, but T. bactrae - Ldominates T. armigera. The dominance value of T. armigera against T.bactrae - A was 0:21 or probability of the higher proportion of T.armigera survival than tat of T. bactrae - A was 1. The dominance valueof the higher proportion of T. bactrae - L survival than that of T. armigerawas 0.84. Based on the results, prospective biocontrol agent of P.gossypiella is T. bactrae - A. Mass release of T. bactrae - L may interferethe effectiveness of T. armigera on H. armigera eggs.Key words : Cotton, Gossypium hirsutum, pest, cotton bollworms, bioagents, Trichogrammatoidea armigera, Trichogrammatoideabactrae, Pectinophora gossypiella, Helicoverpa armigera,interspecific interactionInteraction of Trichogrammatoidea armigera N. andTrichogrammatoidea bactrae N. on cotton-bottwormsHelicoverpa armigera Hbn. eggsCotton bollworms Helicoverpa armigera Hubner. (Lepidoptera;Noctuidae) and Pectinophora gossypiella Saunders (Lepidoptera;Gelechiidae) are two of cotton pests in Indonesia. Inundation releases ofTrichogrammatoidea armigera N. could control H. armigera population,but not P. gossypiella. The potential egg parasitoid of P. gossypiella is
KETAHANAN BEBERAPA AKSESI KENAF TERHADAP NEMATODA PURU AKAR (Meloidogyne spp) UNTUNG SETYO BUDI; RR. SRI HARTATI; CECE SUHARA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 11, No 4 (2005): DESEMBER 2005
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v11n4.2005.129-133

Abstract

ABSTRAKNematoda puru akar (Meloidogyne spp.) merupakan penyakit yangtergolong penting dan banyak menyerang pertanaman kenaf di lahanpengembangan  maupun  perbenihan  sehingga  banyak  menimbulkankerugian bagi petani karena terjadi penurunan produktivitas. Salah satucara untuk memecahkan masalah tersebut yaitu dengan menggunakanvarietas tahan. Evaluasi plasma nutfah merupakan tahap awal untukmengetahui potensi yang ada pada tiap-tiap aksesi yang nantinya bisadipergunakan sebagai sumber gen ketahanan. Kegiatan untuk mengetahuitingkat ketahanan 23 aksesi kenaf (Hibiscus cannabinus) dan 3 aksesikerabat liarnya (Hibiscus asetosela dan Hibiscus radiatus) terhadapserangan nematoda puru akar (NPA) dilakukan di rumah kaca danlaboratorium Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang padabulan Agustus - Desember 2003. Penelitian mengacu pada Metode Taylordan Sasser yang dimodifikasi, sedangkan penilaian tingkat ketahanan  jmenggunakan metode Canto-Saenz. Benih kenaf ditanam dalam pollybagberisi media tanah-pasir-pupuk kandang seberat 10 kg dengan perban-dingan 5:3:2, diulang 10 kali. Pada umur 15 hari setelah tanam, tanamandiinokulasi dengan massa larva Meloidogyine spp stadium dua sebanyak 40 larvaper 100 ml tanah (atau 4000 larva per polybag). Pengamatan dilakukan pada30  hari  setelah  inokulasi  atau  45  hari  setelah  tanam,  yaituterhadapjumlah puru akar, populasi larva NPA dalamtanah dan akar, sertatinggi dan diameter batang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semuaaksesi kenaf (H. cannabinus) tidak tahan terhadap serangan NPA, namun tigaaksesi  dari  kerabat  liamya,  yaitu  SSRH/1010  H  (H.  asetosela),SSRH/1023 H (H. asetosela) dan Kal II (H. radiatus) memiliki sifat tahanterhadap NPA Ketiga aksesi tersebut diharapkan bisa dipergunakan sebagaitetua tahan nematoda puru akar pada persilangan interspesifik dengan kenafkomersial.Kata kunci : Kenaf, Hibiscus cannabinus, plasma nutfah, penyakit ketahanan, nematoda puru akarABSTRACTResistance of kenaf accessions to root knot nematodes Root knot nematode (Meloidogyne spp) is the main pest of kenafboth the field and nursery. This reduced kenaf farmer's income because itdecreased the productivity. One of the solutions to eliminate this problemis utilization of resistant variety. Evaluation of germplasm is one of themethods to identify tolerant accessions to root knot nematode. Theexperiment aimed to screen the level of resistance of kenaf and allied fibreaccessions to root knot nematodes (RKN). The activity was conducted at thelaboratory and the green house of Indonesian Research Institute for Tobacco andFibre  Crops,  Malang  from  August  to  December  2003.  Theexperiment used modified Taylor and Sasser method, while to determinelevel of plant resistance used Canto-Saenz method. Kenaf seeds were plantedin  polybags  consisting  of  media  soil-sand-cattle  manure  10  kgpolybag with both in the replicated ten times. Number of RKN larvaetested were 40 larvae/l00 ml soil or 4000 larvae/polybag, which wereinoculated 15 days after planting. Observation was done 30 days afterinoculation or 45 days after planting on the numbers of galls on root,population of RKN in the soil and root, plant height and stem diameter.Research result showed that three accessions from allied fibre of kenaf,namely SSRH/1010 H (H. asetosela), SSRH/1023 H (H. asetosela) and Kal II(H. radiatus) were resistant to RKN, while, all of 23 accessions of kenaf (H.cannabinus) were susceptible to highly susceptible to RKN. There threeaccessions can be used as resostant parent on inter specific hybridization.
PEMBUATAN SERBUK PALA (Myristicafragrans Houtt) INSTAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PENGERING SEMPROT NURDJANNAH, NANAN
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 11, No 4 (2005): DESEMBER 2005
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v11n4.2005.159-170

Abstract

ABSTRAKProduk utama dari buah pala (Myristicafragrans Houtt) adalah bijipala (tua dan muda) dan fuli. Daging buah pala merupakan bagian terbesardari buah pala (83,3%) tetapi sampai sekarang masih sedikit sekali yangdimanfaatkan di antaranya untuk manisan. Kemungkinan lain peman-faatannya adalah dengan mengolahnya menjadi minuman dalam bentukserbuk pala instan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pembuatanserbuk pala instan dengan menggunakan alat pengering semprot (spraydryer) dengan dekstrin dan maltodekstrin sebagai bahan pengisi. Penelitianterdiri dari penelitian pcndahuluan dan penelitian lanjutan. Penelitianpendahuluan bertujuan untuk mencari temperatur inlet optimum pengeringsemprot untuk memperoleh serbuk instan pala, perbandingan buah paladan air dalam pembuatan sari buah pala, perbandingan sari buah pala dansirup glukosa dalam pembuatan sirup pala serta jenis dan konsentrasibahan pengisi yang akan digunakan pada penelitian lanjutan. Dari hasilpenelitian pendahuluan diperoleh temperatur inlet optimum dari pengeringsemprot adalah 180°C. Perbandingan daging buah pala dan air untukpembuatan sari buah pala adalah 1:1 (b/b). Perbandingan sari buah paladengan sirup glukosa untuk pembuatan sirup pala adalah 1 : 1 (b/b).Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, perlakuan yang dicobakan padapenelitian utama terdiri dari jenis bahan pengisi (Al = dekstrin, A2 =maltodekstrin) dan konsentrasi bahan pengisi ( Bl= 5%, B2=10%,B3=15%). Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acakkelompok dengan ulangan 3 kali. Parameter yang diamati adalah rendemendan karakteristik dari serbuk pala instan yang terdiri dari kadar air, kadarabu, kadar total asam tertitrasi, pH, kadar vitamin c dan kelarutan. Untukmenentukan tingkat kesukaan konsumen terhadap serbuk pala instandilakukan uji organoleptik terhadap 20 panelis. Hasil penelitian menunjuk-kan bahwa jenis dan konsentrasi bahan pengisi berpengaruh terhadapkarakteristik dari serbuk pala instan serta derajat kesukaan dari panelisterhadap serbuk pala instan tersebut. Perlakuan terbaik yang dipilihberdasarkan tingginya rendemen dan karakteristik dari serbuk pala instanserta tingkat kesukaan dari panelis, yaitu dekstrin sebagai bahan pengisipada tingkat konsentrasi 15% pada kondisi proses pengering semprot dankondisi pembuatan sirup seperti di atas.Kata kunci: Pala, Miristicafragrans Houtt, prosesing, buah pala, serbukinstan, dekstrin, maltodekstrin, spray dryer, Bogor, JawaBaratABSTRACTInstant nutmeg (Myristica fragrance Houtt) powderformulation using spray dryerThe main product of nutmeg (Myristicafragrans Houtt) are nutmegseed (mature and immature) and fuly. The meat is the biggest part ofnutmeg fruit (about 83.3%) only small portion is used for sweet products.The other opportunity is to process it for instant powder beverage. Theobjective of this experiment was to formulate the instant nutmeg powderusing spray dryer with dextrin and maltodextrin as the filler substances.The activity consisted of preliminary and main experiments. The aim ofthe preliminary experiment was to find out that the optimum inlettemperature of spray drying process to get nutmeg instant powder, theratio of nutmeg and water to make nutmeg juice, the ratio of nutmeg juiceand glucose syrup to make nutmeg syrup, type and concentration of fillersubtances which would be used in the main experiment. From thepreliminary experiment it was found out that the optimum inlettemperature was 180°C . The ratio of nutmeg shell and water to makenutmeg juice was 1:1 (w/w). The ratio of nutmeg juice and glucose syrupto make nutmeg syrup was 1:1 (w/w). Based on the preliminaryexperiment, the treatments applied in the main experiment were type offiller substances (Al = dextrin and A2 = maltodextrin) and concentrationof filler subtances (Bl = 5%, B2= 10% and B3 = 15%). The experimentused randomized block design with three replications. The parametersobserved were yield, water content, ash content, vitamin C content, pH andsolubility. To find out the consumer preference the organoleptic test wasdone to 20 panels. The result of the experiment showed that type andconcentration of filler subtances and also replication influenced thecharacteristic of the instant nutmeg powder produced as well as theconsumer preference. Based on the high yield of the instant nutmegpowder, its characteristics and consumer preference, the best treatmentwas dextrin as the filler substance with 15% concentration.Key words : Nutmeg, Myristica fragrans Houtt, processing, nutmegfruit, instant powder, dextrin, maltodextrin, spray dryer,Bogor, West Java
KAJIAN MODEL STABILITAS BASIL SECARA KUALITATIF DAN KUANTITATIF UNTUK UJI MULTILOKASI MUSIM PADA TEMBAKAU VIRGINIA RAJANGAN BOJONEGORO ADJI SASTROSUPADI; SUWARSO SUWARSO; ANIKHERWATI ANIKHERWATI
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 11, No 4 (2005): DESEMBER 2005
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v11n4.2005.134-139

Abstract

ABSTRAKKajian model stabilitas hasil dilakukan untuk uji multi lokasi musimpada galur tembakau Virginia rajangan Bojonegoro di tigs lokasi,Kedungadem, Pekuwon dan Sugihwaras, Jawa Timur pada empat musimtanam 1997, 1998, 1999, dan 2001. Tiga lokasi yang dipilih merupakandaerah pengembangan tembakau Virginia Bojonegoro, masing - masingberjarak antara 15 - 20 km satu sama lain. Empat belas galur yang diujimerupakan hasil seleksi sejak tahun 1990. Rancangan percobaan yangdigunakan di setiap lokasi adalah rancangan kelompok dengan tigaulangan. Ukuran petak percobaan 8,6 m x 6,75 m, jarak tanam 90 x 45cm, dengan satu tanaman per lubang. Penentuan stabilitas hasil denganmenggunakan model kualitatif YAU dan HAMBLIN (1994) dan modelkuantitatif menurut PERKINS dan JINKS (1968). Hasil analisismenunjukkan dengan model kualitatif galur nomor 13, 7, 10, 6, dan 5merupakan galur yang stabil dengan hasil rajangan kering di atas hasil rata-ratanya, sedang dengan model kuantitatif galur nomor 9,11,14, 6, dan 10merupakan galur yang stabil dengan hasil ranjangan kering di atas rata-ratanya. Pengukuran stabilitas hasil dengan model kuantitatif lebihinformatif dibandingkan dengan model kualitatif.Kata kunci : Tembakau, Nicotiana tabacum, tembakau Virginia, ujimultilokasi, stabilitas hasil, Jawa TimurABSTRACTStudy of qualitative and quantitative yield stability modelfor season muUilocation test of Bojonegoro sliced VirginiatobaccoStudy of quantitative and qualitative stability model for multi-location-season test of Bojonegoro sliced Virginia tobacco conducted inthree locations: Kedungadem, Pekuwon and Sugihwaras, East Java in1997; 1998; 1999, and 2001. The selected locations were the area of theVirginia tobacco development. The locations were 15-20 km apart fromone another. Fourteen lines of sliced Virginia tibacco tested were the resultof selection since 1990, tested in three locations and four growing seasons.The experiment used a randomized blok design with three replications ineach location. Plot size was 8,6 m x 6,75 m, plant distance was 90 cm x45 cm, one plant per hole. The stability parameters were measured byqualitative model according to YAU and HAMBLIN (1994) andquantitative ones were measured according to PERKINS and JINKS(1968). The result of the analysis using qualitative model showed that linesNo 13, 10, 6, dan 5 were stable genotypes with the yield above its averagewhile based on quantitative model and lines No 9,11,14, 6, dan 10 werestable genotypes with the yield above its average. Measurement of yieldstability using quantitative model was more informative compared toqualitative model.Key words: Tobacco, Nicotiana tabacum, virgina tobacco, multi-locationtest, yield stability. East Java
ADAPTASI KLON-KLON RAMI DI ANTARA KELAPA UNTUNG SETYO BUDI; RR. SRI HARTATI; RULLY D. PUR WATT PUR WATTI
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 11, No 4 (2005): DESEMBER 2005
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v11n4.2005.140-145

Abstract

ABSTRAKPenelitian untuk mendapatkan klon-klon unggul rami untuk lahan diantara pohon kelapa, telah dilaksanakan pada bulan April 1999 - Maret2000, di lahan kebun plasma PIR-Kelapa 5 (NES 5) Desa Mekarsari,Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Tanaman kelapahibrida ditanam pada tahun 1993/1994 dengan jarak tanam 9 m x 9 m, dansudah berproduksi. Perlakuan terdiri dari 12 klon rami yang disusun dalamrancangan acak kelompok dan diulang 3 kali. Klon-klon tersebut adalahPujon 10, Pujon 13, Bandung A, Pujon 9, Pujon 902, Indochina, Kotaraja,Japan I, Hakuki, Padang 3, Jawa Timur 3-0 dan Pujon 601. Bibit/rhizomaditanam dengan jarak tanam 50 cm x 80 cm satu stek per lubang, pada plotberukuran 4 m x 9 m. Kapur dan pupuk kandang diberikan bersamaandengan pengolahan tanah dengan dosis masing-masing 2 ton dan 20 tonper hektar. Sedangkan pupuk buatan diberikan pada 10 hari setelah tanamdengan dosis 200 kg urea + 150 kg SP-36 + 100 kg KC1 per hektar.Pemupukan selanjutnya dilakukan 7-10 hari setiap sehabis panen/pangkasdengan dosis yang sama. Panen pertama dilakukan pada 70 HST,sedangkan panen berikutnya setiap dua bulan sekali. Pengamatan padasebelum dan sesudah panen dilakukan terhadap tinggi tanaman, diameterbatang, jumlah anakan per rumpun, bobot brangkasan segar, bobot batangsegar dan bobot kering china grass. Hasil penelitian menunjukkan bahwaklon Pujon 10, Pujon 13, Padang 3, Bandung A dan Indochina merupakanklon-klon yang memiliki daya adaptasi tinggi di lahan antara pohon kelapadi Ciamis sampai dengan panen ke empat.Kata kunci: Rami, Boehmeria nivea L. Gaud, adaptasi, kebun kelapa,tanaman sela, Jawa BaratABSTRACTAdaptation of ramie clones in coconut plantationAn experiment to find out the promising clones of ramie in coconutplantation in Mekarsari, Cimerak,West Java from April 1999 to March2000. Coconut trees in the experiment location were planted in 1993/1994with plant spacing 9 x 9 m and have already producted. Twelve ramiclones viz. Pujon 10, Pujon 13, Bandung A, Pujon 9, Pujon 902,Indochina, Kotaraja, Japan I, Hakuki, Padang 3, Jawa Timur 3-0 and Pujon601, was evaluated using Randomized Block Design (RBD) with threereplications. Rami rhizome was planted in 4 m x 9 m plot size with 50 cmx 80 cm plant spacing and one rhizome per hole. Lime (2 ton/ha) andorganic manure (20 ton/ha) were applied during land preparation. Organicfertilizers were applied 10 days after planting 200 kg urea •+• 150 kg SP-36+ 100 kg KC1 per hectare. The next fertilizing was conducted 7 - 10 daysevery after harvest with the same doses. The first harvesting time was 70days after planting and the folowing harvests were conducted every twomonths. Parameters observed were plant height, stem diameter, plantnumber per scrub, fresh wight biomass, stem fresh wight and chinagrassdry weight. Research result indicated that ramie clones viz. Pujon 10,Pujon 13, Padang 3, Bandung A, and Indochina, were more adaptable incoconut plantation in Ciamis, West Java, up to the fourth harvest.Ramie, Boehmeria nivea L. Gaud, adaptation, coconplantation, intercrop, West Java

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2005 2005


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 2 (2021): December 2021 Vol 27, No 1 (2021): June, 2021 Vol 26, No 2 (2020): December, 2020 Vol 26, No 1 (2020): June, 2020 Vol 25, No 2 (2019): Desember, 2019 Vol 25, No 1 (2019): Juni, 2019 Vol 24, No 2 (2018): Desember, 2018 Vol 24, No 1 (2018): Juni, 2018 Vol 23, No 2 (2017): Desember, 2017 Vol 23, No 1 (2017): Juni, 2017 Vol 22, No 4 (2016): Desember, 2016 Vol 22, No 3 (2016): September, 2016 Vol 22, No 2 (2016): Juni, 2016 Vol 22, No 1 (2016): Maret, 2016 Vol 21, No 4 (2015): Desember 2015 Vol 21, No 3 (2015): September 2015 Vol 21, No 2 (2015): Juni 2015 Vol 21, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 20, No 4 (2014): Desember 2014 Vol 20, No 3 (2014): September 2014 Vol 20, No 2 (2014): Juni 2014 Vol 20, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 19, No 4 (2013): Desember 2013 Vol 19, No 3 (2013): September 2013 Vol 19, No 2 (2013): Juni 2013 Vol 19, No 1 (2013): Maret 2013 Vol 18, No 4 (2012): Desember 2012 Vol 18, No 3 (2012): September 2012 Vol 18, No 2 (2012): Juni 2012 Vol 18, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 17, No 4 (2011): Desember 2011 Vol 17, No 3 (2011): September 2011 Vol 17, No 2 (2011): Juni 2011 Vol 17, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 16, No 4 (2010): Desember 2010 Vol 16, No 3 (2010): September 2010 Vol 16, No 2 (2010): Juni 2010 Vol 16, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 15, No 4 (2009): Desember 2009 Vol 15, No 3 (2009): September 2009 Vol 15, No 2 (2009): Juni 2009 Vol 15, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 14, No 4 (2008): Desember 2008 Vol 14, No 3 (2008): September 2008 Vol 14, No 2 (2008): Juni 2008 Vol 14, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 13, No 4 (2007): DESEMBER 2007 Vol 13, No 3 (2007): SEPTEMBER 2007 Vol 13, No 2 (2007): JUNI 2007 Vol 13, No 1 (2007): MARET 2007 Vol 12, No 4 (2006): DESEMBER 2006 Vol 12, No 3 (2006): SEPTEMBER 2006 Vol 12, No 2 (2006): JUNI 2006 Vol 12, No 1 (2006): MARET 2006 Vol 11, No 4 (2005): DESEMBER 2005 Vol 11, No 3 (2005): SEPTEMBER 2005 Vol 11, No 2 (2005): JUNI 2005 Vol 11, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 10, No 4 (2004): Desember, 2004 Vol 10, No 3 (2004): September, 2004 Vol 10, No 2 (2004): Juni 2004 Vol 10, No 1 (2004): Maret 2004 Vol 9, No 4 (2003): Desember 2003 Vol 9, No 3 (2003): September, 2003 Vol 9, No 2 (2003): Juni, 2003 Vol 9, No 1 (2003): Maret, 2003 Vol 8, No 4 (2002): Desember, 2002 Vol 8, No 3 (2002): September, 2002 Vol 8, No 2 (2002): Juni, 2002 Vol 8, No 1 (2002): Maret, 2002 Vol 7, No 4 (2001): Desember, 2001 Vol 7, No 3 (2001): September, 2001 Vol 7, No 2 (2001): Juni,2001 Vol 7, No 1 (2001): Maret, 2001 Vol 6, No 3 (2000): Desember, 2000 Vol 6, No 2 (2000): September, 2000 Vol 6, No 1 (2000): Juni, 2000 Vol 5, No 4 (2000): Maret, 2000 Vol 5, No 3 (1999): Desember, 1999 Vol 5, No 2 (1999): September, 1999 Vol 5, No 1 (1999): Juni, 1999 Vol 4, No 6 (1999): Maret, 1999 Vol 4, No 5 (1999): Januari, 1999 Vol 4, No 4 (1998): November, 1998 More Issue